Sejarah Kereta Api Kota Sawahlunto



OPINI, TEKNISOS.ID - Revolusi Industri di Eropa yang dimulai  pada tahun 1867 membuat Belanda mengadakan inflansi ke Indonesia khususnya di Sumatera Barat terkhusus lagi ke Sawahlunto. Diwaktu itu ditemukanlah batu bara oleh Willem Hendrik de Greeve pada tahun 1867 di Sawahlunto.


Willem Hendrik de Greeve ini meninggal hanya terbawa arus sungai ombilin yang ditemukan di Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung dimakamkan disitu dan menjadi kawasan Geopark Silokek. Seterusnya setelah ditemukannya batu bara dan hasil bumi yang ada di Indonesia mulailah Belanda membangun transportasi kereta yang ada di Sumatera Barat. 


Penggagas transportasi kereta di sumatera barat ini adalah Jan Willem IJzerman beliau juga merupakan kepala tambang pertama di Sawahlunto dan beliau juga merupakan penggagas kereta api yang ada di Sawahlunto dan sekaligus beliau juga pendiri ITB adalah asli orang Belanda.


Jadi ketika batu bara ditemukan, sebelum adanya transportasi kereta ada di Sawahlunto, jalur transportasi kereta pertama ini dibuat pada tahun 1897 yang dimulai pada pembangunan yaitu dari Teluk Bayur ke Pulai Air Padang dan dilanjutkan sampai ke Solok ke Muaro Kalaban, dari Muaro Kalaban sampai ke Sawahlunto itu dimulai pada tahun 1892 selesai pada tahun 1894. 


Dimana dalam jalur transportasi tersebut ada sebuah bukit batu yang diharuskan untuk membuat terowongan jadi terowongan itu panjangnya 828 meter merupakan terowongan yang terpanjang di Sumatra Barat. Kalau orang Sawahlunto menyebutnya dengan Lubang Kalam. 


Terowongan tersebut terdiri dari 32 bilik atau kamar didalamnya yang berfungsi untuk menghindar masyarakat ketika adanya kereta lewat. Jadi transportasi belum ada maka masyarakat Sawahlunto dari Muaro Kalaban mau ke Sawahlunto mereka berjalan kaki melewati lubang kalam tersebut, apabila kereta lewat maka mereka menghidar mereka masuk ke dalam bilik tersebut yang ada di dalam terowongan tersebut.


Jalur transportasi kereta ini pekerjaannya ini merupakan pekerja paksa atau pekerja rodi di zaman Belanda tetapi kalau di Sawahlunto lebih dikenal dengan orang rantai, berbeda dengan orang rantai ditambang-tambang lainnya yang dibuat oleh Belanda. Orang rantai yang mengerjakan transportasi kereta api Sawahlunto ini semuanya dirantai karena mereka bekerja di alam bebas, yaitu dimana kaki dan tangan mereka dirantai maka disebut dengan orang rantai, begitu juga dengan orang pekerja batu bara.


Sebelum adanya jalur transportasi kereta dari Muaro Kalaban ke Sawanlunto, batu bara diangkut dengan menggunakan pedati, baru pada tahun 1894 baru menggunakan jalur transportasi kereta yang dimulai titik nol nya di stasiun Sawahlunto. 


Stasiun Sawahlunto ini dibangun pada tahun 1900. Dan salah satu lokomotif yang menjadi terkenal dan menjadi acuan dimuseum kereta ini adalah lokomotif mak itam dengan nomor seri E1060. Apa yang maksud dengan nomor seri E1060, karena lokomotif ini menggunakan 5 roda penggerak. Kenapa Mak Itam sempat tidak beroperasi? Karena adanya generasi sesudahnya yaitu dengan nomor seri F yaitu roda penggeraknya 6 dan selanjutnya digantikan juga dengan generasi selanjutnya yang disebut lokomotif diesel.


Mak itam ini beroperasi pada tahun 1966 sampai 1970 an lebih. Kenapa sekarang diaktifkan lagi mak itam tersebut pada tahun 2022 ini. Mak itam ini sebelumnya tidak aktif dibawa ke Ambarawa. Museum kereta yang ada di Indonesia hanya ada 2 yaitu di Ambarawa dan Sawahlunto. Museum kereta Sawahlunto ini diresmikan pada tanggal 7 Desember 2005 oleh Bapak Jusuf kalla (Wakil Presiden RI). 


Mak Itam merupakan salah satu ikon museum kereta di Sawahlunto. Pada waktu itu Walikota Sawahlunto Bapak Ambran Nur ingin menghidupkan kota sawahlunto ini menjadi kota pariwisata untuk meramaikan Kota Sawahlunto. Dibawanya kembali Mak Itam dari Ambarawa ke Sawahlunto pada tahun 2009 dan Mak Itam tersebut dijadikan sebagai kereta wisata. 


Tetapi ada suatu kendala, karena kereta ini sudah cukup tua memiliki kendala yaitu kerusakan cukup lama sekitar tahun 2018 sampai sekarang akhir Desember ini yaitu dan covid-19.


“Kenapa Mak Itam dihidupkan lagi?”

“Karena banyaknya permintaan dari masyarakat setempat karna mak itam ini merupakan salah satu sejarah di Kota Sawahlunto dan ikon dari Museum Kereta Api Sawahlunto.”


"Kenapa dinamakan dengan Mak Itam kereta tersebut pak?"

“Karena di Minang mak itu merupakan paman atau mamak, terus kenapa itam karena seluruh bodi kereta tersebut berwarna hitam dan ditambah lagi bahan bakar kereta tersebut batu baru yaitu hitam juga makanya namanya Mak Itam.”


Untuk menjalankan kereta api Mak Itam ini. Waktu pemanasannya membutuhkan waktu 4 jam yaitu dimulai waktu subuh, dan sekitar jam 9 pagi baru bisa dijalankan kereta tersebut dan itu membutuhkan batu bara 1 ton.


"Apakah 1 ton batu bara tersebut cukup untuk bisa menjalankan kereta dari Sawahlunto ke Muaro Kalaban atau dari Muaro Kalaban ke Sawahlunto pak?"

“Kalau 1 ton tersebut itu baru untuk memanaskan atau menaikan stom uapnya. Dan untuk menjalan dari Sawahlunto ke Muaro Kalaban membutuhkan lagi 1 ton lebih batu bara dan itu membutuhkan biayanya lebih besar. Dan untuk mulai memanaskan kereta api Mak Itam hingga jalannya dari Sawahlunto ke Muaro Kalaban dan dari Muaro Kalaban ke Sawahlunto membutuhkan 4 ton lebih batu bara.


Laporan : Gheby Putri Amelia, Elsa Putri, Chania Notry, Kurnia Al Haggi,  Muhammad Fadhel, Alan Kurnia Jaya (Mahasiswa UPGRISBA sebagai tugas mata kuliah)

0 Comments