Senin, 02 November 2015

Mencari Pemimpin yang Berbudaya

Sumber: Harian Umum Padang Ekspres, 13 October 2015 
Oleh: NA Rizki - Anggota Presidium Gerakan Kebudayaan Sumbar

Pilkada serentak 2015 sebentar lagi akan digelar. Partai dan gabungan partai sudah mulai gencar melakukan kampanye. Dukungan demi dukungan sudah mulai mereka deklarasikan. Biarkanlah semua itu kesibukan para elite politik. Harapan kita, momentum pilkada serentak ini hendaknya menjadi Gerakan Nasional Pilkada yang Berbudaya dalam “Mencari Pemimpin yang Berbudaya”.
Yaitu Gerakan Perubahan di Jalan Budaya. Dengan mengenali dan melestarikan budaya bangsa kita, serta mencari pemimpin yang punya visi kebudayaan yang jelas. Karena kebudayaan merupakan ruh dan jati diri bangsa dalam bernegara. Di mana tinggi rendahnya martabat bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya budaya itu sendri. 
Maka dari itu yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh rakyat adalah bagaimana kita bisa melahirkan pemimpin yang berbudaya dari proses pemilihan ini.  Karena ini adalah momentum peralihan kekuasan, momentum bagi kita semua membenahi keadaan. Seperti yang kita ketahui bersama, Sumatera Barat saat ini, karena ulah perilaku politik kekuasaan mengantarkan kita pada kondisi yang sungguh tak terpikirkan.
Untuk beberapa aspek penting memperlihatkan fakta; Tahun 2014 jumlah penduduk miskin  di Sumbar berjumlah 354.738 KK (kepala keluarga). Angka penduduk miskin tersebut berdasarkan catatan Dinas Sosial Sumbar. Angka kemiskinan 354.738 KK tersebut sama dengan 1.418.952 jiwa (jika satu KK rata-rata 4 jiwa). Jumlah penduduk Sumatera Barat tahun 2014, 5.617.977 jiwa (data KPU Sumbar 2014) atau 1.404.494 jiwa (5.617.977 jiwa : 4 jiwa per KK).
Lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, Angka Kebahagiaan Sumbar berada pada posisi ketiga terendah di atas Papua dan Nusa Tenggara. Indeks kebahagiaan Sumbar berada di angka 66,79 pada skala 0 – 100. Artinya, Sumbar berada pada peringkat ke-31 dari 34 provinsi di Republik ini (Republika.co.id, 12/2/2015). 
Selain itu, beberapa capaian lainnya hanya membawa kita pada kengerian masa depan; penilaian Kemendagri tentang Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (KPPD) Pemprov Sumbar di tingkat nasional tahun 2013 berada di peringkat 20 (beritalima, 11/5/2015), bahkan di wilayah Sumatera, peringkat Sumbar nomor 8 dari 10 provinsi. 
Berikutnya, mulai tahun 2015, Kemendikbud menetapkan adanya indeks integritas yang diukur dari hasil UN. Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) ialah tingkat persentase jawaban siswa yang tidak menunjukkan pola kecurangan. Sumatera Barat berada pada peringkat ke-19 dengan indeks integritas 63,28%, (kompasiana, 29/5/2015).  
Beberapa fakta penting tersebut membawa kita pada kegelisahan yang memiriskan akibat diciptakan oleh prilaku politik kekuasaan, mulai dari ketidakfahaman atas tata kelola pemerintahan daerah, kitidakfasihan dalam menciptakan pola pembangunan ekonomi, kealpaan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan sebagainya. 
Mencermati kondisi saat ini. Seluruh elemen masyarakat harus turun tangan. Jangan ada lagi pembiaran-pembiaran terhadap kondisi yang ada. Begitu juga dalam memilih, masyarakat harus cerdas dalam memilih, jangan mau lagi dibuai dengan janji-janji palsu, jangan lagi tertipu oleh gaya-gaya pencitraan semu, apalagi karena politik uang. Karena itu semua hanya akan membawa kita kepada keterpurukan yang mendalam.
Sebaliknya, carilah tokoh atau pemimpin yang benar-benar berpikir dan bekerja hanya untuk rakyat, yang bisa melanggengkan adat dan budaya masyarakat kita, yang bisa melestarikan bumi Ranah Minang ini, bumi di mana banyak melahirkan tokoh dan pejuang Republik ini. Jika kita memakai istilah sosial budaya dalam kasus pemimpin ini, maka carilah pemimpin yang berbudaya. 
Pemimpin yang Berbudaya
Bung Hatta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda, 29 Desember 1949  pernah melontarkan pernyataan, menekankan bahwa Indonesia adalah negera kultural.
Ini berarti kebudayaan adalah suatu keutamaan dalam mengisi dan memberi jiwa bagi kemerdekaan Republik Proklamasi ini. Soekarno di tengah-tengah pergolakan politik juga pernah menyebut berkepribadian dalam kebudayaan sebagai satu pilar penting dalam pembangunan negara kesatuan. 
Pemimpin yang berwawasan budaya memiliki intelektual yang tinggi dan rendah hati dalam memimpin, namun tegas memihak pada rakyat karena di sanalah budaya itu hidup.
Pemihakan itu dapat dilihat dari, misalnya lebih baik memperbaiki jalan ke nagari-nagari dibandingkan menggelar iven-iven Internasional yang jelas-jelas itu tidak berdampak banyak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Lebih menyukai seni beladiri Silat daripada karate, atau lebih suka main musik talempong dari pada main drum. 
Wawasan budaya yang tak terlihat mata tentu gagasan yang menggerakkan masyarakat untuk lebih mencintai budayanya. Pergelaran seni budaya yang terjadwal, kehidupan yang tentram di pedesaan, termasuk kesadaran berlalu lintas di jalanan adalah cermin dari budaya itu sendiri.
Selain itu, Gubernur sumbar kedepan di harapkan juga memiliki visi pembangunan berbasis kebudayaan. Pembangunan berbasis kebudayaan adalah pembangunan yang bersifat mental ketimbang fisik, yang berimplikasi mendorong. 
Peran inilah yang harus ditingkatkan seorang Gubernur. Selain itu, Gubernur juga harus bisa membantu mensosialisasikan perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ada di daerahnya, sehingga minat orang untuk berlajar di sumbar kembali tinggi, sebagaimana dulu pernah berjaya dan menjadi tujuan orang untuk belajar.
Karena ini akan menambah income bagi Kampus dan bagi masyarakat sumbar. Dan dapat mengembalikan Sumbar sebagai daerah tujuan pendidikan yang berbudaya. 
Sehingga pilkada kali ini menjadi momentum kebangkitan masyarakat sipil untuk bersama-sama lebih aktif berinisiatif melakukan kerja-kerja pembangunan sebagai aktivitas nonpemerintah. Momentum untuk masyarakat lebih aktif mendorong pemerintah agar setiap langkah kerja pemerintah mempertimbangkan masalah-masalah dengan mengedepankan kepercayaan dan penghormatan kepada rakyat.  
Semoga kita pemilih, yang punya hak pilih pada pemilihan Gubernur Sumatera Barat, Desember mendatang, menjatuhkan pilihan pada calon pemimpin yang berbudaya, yang menghormati budaya bangsanya serta punya keinginan kuat untuk melestarikan dan menyampaikan nilai-nilai ataupun spirit dari kebudayaan itu sendiri.
Karena pemimpin seperti itulah yang bisa melaksanakan agenda-agenda pembangunan dengan mulus, tepat sasaran dan berpihak kepada rakyat. Sehingga Sumbar kembali berjaya seperti yang pernah dicontohkan oleh para pendiri bangsa yang berasal dari Sumbar. (*)

0 Comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Elf Coupons